Buat Saudaraku yang Sulit Menjaga Pandangan, Kiat Menundukkan Syahwat
09 Maret 2015 | Dibaca : 210 Kali | Rubrik : Ragam
Sahabat Ummi, sudah beberapa tahun ke belakang, tanah air kita selalu dihebohkan oleh goyangan-goyangan dangdut, khas dari setiap penyanyinya.
Mulai dari goyang ngebor, goyang gergaji, goyang patah-patah, goyang ngecor, goyang itik, hingga goyangdribble. Yang terakhir penulis sebutkan, adalah goyangan “kreasi teranyar” yang ternyata telah menyebar (secara maya) dan mengundang berbagai komentar beragam dari para netizen dunia. Yang pasti, bagi seorang muslim, semua goyang yang ada akan meresahkan jiwa (iman, tepatnya), karena terlampau seronok.
Saat membaca sebuah artikel koran online, penulis sangat “takjub” dengan sosoknewbie ini, yang berani dan bangga mengekspos auratnya. Bisa dipastikan, video “goyangan” seperti ini sudah beredar lebih dulu sebelum ramai jadi bahan perbincangan. Menurut salah seorang kawan, ia bahkan sudah mengetahui “isu” ini sebulan yang lalu, karena sudah sering diputar di pasar-pasar malam.
Nah, siapakah yang menjadi penikmat tayangan layak sensor tersebut? Tentunya berpasang-pasang mata, terutama laki-laki yang tidak bisa menjaga pandangannya. Begitu menyeramkan, saat membayangkan situasi, dimana para pria atau pemuda beramai-ramai menyaksikan tayangan hiburan gratis tak bermutu tersebut di pasar malam.
Lalu bagaimana bila syahwat mereka terpacu? Lalu apa yang akan dilakukan? Astaghfirullah.. Berbanding lurus pula dengan semakin tingginya angka kasus pelecehan seksual , free seks serta aborsi di negara kita. Ingatkah kita akan anak, suami, ayah, paman, teman atau saudara laki-laki kita? Hanya berharap, semoga selalu diberikan perlindungan oleh Allah, Swt.
Baiklah, sebagai manusia tidak perlu menjustifikasi manusia lainnya. Namun, apakah atas nama demokrasi, toleransi dan hak asasi kemudian menghilangkan kewajiban untuk saling mengingatkan? Bila pelaku goyangan memang mampu berpikir tentang tanggung jawabannya di akhirat kelak, maka selain pertanggungjawaban diri, apakah mereka memikirkan orangtua mereka? Apakah mereka suami atau anak mereka? Serta khalayak yang menyaksikan pertunjukkan mereka?
Bagi yang belum menikah, maka orangtua (terutama ayah) masih bertanggungjawab penuh atas apa yang anak perempuannya lakukan. Apakah seorang anak tega orang tua/ ayahnya mendapatkan siksa dari Allah atas kekhilafan yang diperbuat olehnya?
Dalam riwayat dari Anas bin Malik, Rasulullah juga menyebutkan kedekatannya dengan orang tua yang memelihara anak-anak perempuan mereka dengan baik kelak pada hari kiamat:
“Barangsiapa yang mencukupi kebutuhan dan mendidik dua anak perempuan hingga mereka dewasa, maka dia akan datang pada hari kiamat nanti dalam keadaan aku dan dia (seperti ini),” dan beliau mengumpulkan jari jemarinya.” (HR. Muslim no. 2631)
Bila ternyata sudah bersuami, dan seorang suami tidak ridha (meskipun dalam hati) atas apa yang telah dilakukan oleh istrinya, maka ini sudah dinamakan nusyuz. Nusyuzadalah ketidaktaatan/ pembangkangan seorang istri terhadap suaminya. Dan nusyuznya seorang istri kepada suami adalah haram.
“Kewajiban istri bagi kalian adalah tidak boleh permadani kalian ditempati oleh seorang pun yang kalian tidak sukai. Jika mereka melakukan demikian, pukullah mereka dengan pukulan yang tidak membekas” (HR. Muslim no. 1218).
Lalu, bila sudah berkeluarga dan memiliki buah hati, maka teladan apa yang hendak diberikan? Sementara anak-anak membutuhkan pendidikan yang terbaik dari kedua orang tuanya.
“Hai orang-orang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (At Tahrim, 66 : 6)
Abdullah bin Abbas Ra. Menyampaikan bahwa Rasulullah Saw., berkata, “Sayangilah anak-anakmu dan berilah mereka pendidikkan yang pantas“. (HR. Ibnu Majah)
Sementara orang public figure akan menjadi sosok yang kehidupannya senantiasa diperhatikan oleh masyarakat. Oleh karenanya, segala tindakan mereka hendaknya menjadi suri teladan.
“Barang siapa memberi suri-tauladan didalam islam dengan suri-tauladan yang baik , maka baginya memperoleh pahalanya dan pahala orang yang mengerja -kannya dengan tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala mereka. Dan barang siapa memberi suri-tauladan didalam islam dengan suri tauladan yang buruk , maka ada baginya memperoleh dosanya & dosa orang yang mengerjakannya dengan tanpa mengurangi sedikitpun dari dosa-dosa mereka.“ (HR. Muslim & Nasai)
Fenomena seperti ini pun mengandung peringatan kepada kita semua, terutama kaum Adam untuk lebih mampu menjaga pandangan. Hadirkan selalu rasa IHSAN kepada Allah dan rasa takut akan siksa-Nya di dalam hati. Allah Subhaanahu Wata’ala berfirman : “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (aurat), kecuali yang (biasa) terlihat.” (QS.An-Nur [24]: 30-31)
Adapun beberapa tips yang bisa dilakukan agar kita lebih menjaga pandangan :
- Menjauhkan diri dari semua penyebab mengumbar pandangan
- Meyakini semua bahaya mengumbar pandangan
- Meyakini manfaat menahan pandangan
- Melaksanakan pesan Rasulullah Saw., untuk segera memalingkan pandangan ketika melihat yang haram
- Memperbanyak puasa
- Menyalurkan keinginan melalui jalan yang halal (pernikahan)
- Bergaul dengan orang-orang shaleh dan menjauhkan diri dari persahabatan akrab dengan orang-orang yang rusak akhlaknya
- Selalu merasa takut dengan su’ul khatimah ketika meninggal dunia.
- Menjauhkan diri dari semua penyebab mengumbar pandangan
- Meyakini semua bahaya mengumbar pandangan
- Meyakini manfaat menahan pandangan
- Melaksanakan pesan Rasulullah Saw., untuk segera memalingkan pandangan ketika melihat yang haram
- Memperbanyak puasa
- Menyalurkan keinginan melalui jalan yang halal (pernikahan)
- Bergaul dengan orang-orang shaleh dan menjauhkan diri dari persahabatan akrab dengan orang-orang yang rusak akhlaknya
- Selalu merasa takut dengan su’ul khatimah ketika meninggal dunia.
Apapun tantangan moral yang terjadi di luar sana, semoga kita semua mampu tetap membentengi diri dengan keimanan yang semakin tinggi kepada Allah. Semoga kita mampu menjaga diri dan keluarga dari segala pengaruh buruk yang mampu menggelincirkan ke jurang neraka terdalam. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar