Rabu, 04 Maret 2015

Cemburu Yang Boleh dan yang di Larang

Cemburu yang Boleh dan yang Dilarang

04 Maret 2015 | Dibaca : 194 Kali | Rubrik : Kesehatan
Sample Image
Cemburu  dikenal dalam bahasa Arab sebagai ghirah dan dalam bahasa Inggris disebut jealousy. Merupakan gejala fitrah, wajar dan alamiah dari seseorang sebagai rasa cinta, sayang dan saling memiliki, melindungi (proteksi) dan peduli
Cemburu berjuta rasanya, ada benci, sebel, marah tapi juga rindu. Cemburu dianggap hal yang wajar hadir dalam hubungan pernikahan. Bahkan sebagian orang menganggapnya sebagai bumbu pernikahan. Cinta tanpa adanya cemburu, bagaikan sayur tanpa garam, akan terasa hambar.
Cemburu adalah refleksi dari rasa cinta yang bersemayam dalam hati. Ketika kita mencintai pasangan kita, maka akan muncul perasaan ingin memiliki selamanya. Perasaan yang wajar dan alamiah adanya.
Ajaran Islam yang agung, menganjurkan kepada umatnya untuk memiliki rasa cemburu. Rasa cemburu yang melahirkan sikap menjaga dan menjauhkan pasangannya dari perbuatan terlarang. Sebagaimana yang disampaikan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad rahimahullah,
“Tiga golongan manusia yang Allah swt. mengharamkan surga bagi mereka yaitu pecandu khamr, orang yang durhaka kepada kedua orang tua dan dayyuts, yang membiarkan kefasikan dan kefajiran dalam keluarga.” (HR. An Nasai) [1]
Dayyuts yaitu suami atau laki-laki yang tidak memiliki kecemburuan kepada istri dan keluarganya. Sehingga membiarkan perbuatan keji terjadi di tengah keluarganya. Suami tidak membatasi pergaulan istrinya, sehingga sulit untuk dikontrol. Suami tidak peduli dengan apa yang dilakukan istri. Sehingga istrinya terjerumus pada perbuatan yang dilaknat Allah.
Allah swt. sangat membenci orang seperti ini, sampai tidak diperkenankan untuk memasuki syurga-Nya. Apabila suami memiliki tabiat seperti ini maka kerusakan akan merajalela. Suami adalah pemimpin keluarganya, yang seharusnya memberikan arahan dan bimbingan untuk anggota keluarganya.
Ajaran Islam sendiri menganjurkan  untuk memiliki rasa cemburu kepada pasangan. Cemburu yang dilandasi kecintaan  kepada Allah dan rasa tanggung jawab terhadap keluarga.
Kecemburuan yang berlandaskan pada hasil pemikiran yang jernih, bukan hasil prasangka yang jauh dari kebenaran.
Rasa cemburu dapat dibagi menjadi dua. Pertama adalah cemburu yang merupakan fitrah manusia.  Cemburu bersifat netral yang dapat menjaga dan melindungi harga diri dan keluarga dari tindakan pencemaran citra dan atau sikap melampaui batas. Cemburu seperti itu dianggap akhlak mulia yang patut dimiliki oleh setiap orang beriman. Kedua adalah cemburu buta, cemburu yang merugikan, dibenci dan terlarang, yaitu rasa cemburu tanpa alasan yang selalu menyiksa jiwa. Ketika pikiran sedang dikuasai prasangka buruk, dapat saja kita menuduh orang yang tidak bersalah
Untuk mempererat jalinan cinta yang sudah terbina, cemburu yang pertama atau disebut juga cemburu romantis diperlukan. Yaitu cemburu yang berdasarkan rasa cinta, bukan karena landasan emosi. Cemburu yang terbingkai dengan cinta akan melahirkan sikap saling menjaga dan mengingatkan. Manusia bukanlah makhluk yang sempurna, tidak bisa selamanya benar. Maka perlu ada orang yang mengingatkan.
Cemburu romantis ini akan semakin mempererat jalinan cinta. Karena ketika dicemburui, pasangan akan merasa lebih dicintai dan lebih diperhatikan. Hati akan berbunga-bunga ketika pasangan memberikan perhatian dan menunjukan rasa cemburunya dengan sikap yang santun. Disampaikan dengan perkataan yang baik dan bahasa tubuh yang lembut, tidak ditunjukan dengan meluap-luap penuh angkara.
Rasulullah pernah bertanya pada istrinya, Aisyah Ummul Mukminin RA., “Apakah engkau pernah merasa cemburu?” Aisyah menjawab, “Bagaimana mungkin orang seperti diriku ini tidak merasa cemburu jika memiliki seorang suami seperti dirimu.” (HR. Ahmad).
Cemburu adalah tandanya cinta, namun jika berlebihan yang melahirkan cemburu buta akan mendatangkan petaka. Siapa yang akan senang jika terus-terusan dituding dan dicurigai. Akan timbul perasaan tidak nyaman, bahkan timbul perasaan direndahkan. Jika cemburu sudah berlebihan maka akan mengganggu hubungan antara suami dan istri. Cemburu seperti ini tidak akan melahirkan cinta, tetapi justru akan mengobarkan api permusuhan.
Foto ilustrasi: google
Daftar Pustaka:
Abazlah, Nizar, Dr. Bilik-Bilik Cinta Muhammad. Jakarta : Penerbit Zaman, 2009
Al-Syaikh, Badwi Mahmud. 100 Pesan Nabi untuk Wanita : Penuntun Akhlak dan Ibadah. Bandung : Penerbit Mizania, 2006.
Asyhari Muhammad. Tafsir Cinta, Tebarkan Kebajikan dengan Spirit Al Quran. Bandung : Penerbit Hikmah, 2006.
Al-Qadhi, Muhammad Mahmud. Suburkan Cinta di Rumah kita. Surakarta : Penerbit Samudera, 2007.
Profil Penulis:
Meti Herawati, lahir di kota kembang. Ibu dari lima orang anak saat ini bergabung denganKomunitas Ummi Menulis. Hobi menulis sejak kecil. Beberapa karyanya dimuat di beberapa media. Kini karyanya sudah dibukukan dalam buku solo dan antologi. Jika ingin berkenalan lebih jauh silahkan singgah di rumah mayanya metiherawati.com

[1] HR. An-Nasa-i, no. 2562, Ahmad, 2/134 dan lain-lain. Dishahihkan oleh Adz-Dzahabi dalam Kitabul Kaba-ir, hal. 55 dan dihasankan oleh syaikh al-Albani dalam Silsilatul Ahaaditsish Shahihah, no. 284

Tidak ada komentar:

Posting Komentar