Kisah Penyesalan Sebelum Ajal
15 Maret 2015 | Dibaca : 301 Kali | Rubrik : Ragam
Salah satu kisah ini lumayan menohok ini bisa menjadi pelajaran bagi kita Ummi, agar setiap langkah adalam perjalanan hidup tak hanya diisi oleh penyesalan semata. Karena ternyata, kebaikan atau keburukan sebelum ajal menjemput akan diperlihatkan secara nyata oleh Allah, bila jika mengetahuinya..
Setelah mengantar jenazah salah seorang sahabatnya, Rasulullah saw seperti biasanya menyempatkan diri singgah dirumah duka. Selain untuk menghibur pihak keluarga, beliau juga ingin mengetahui wasiat apa yang sekiranya belum bisa ditunaikan oleh pihak yang ditinggalkan.
“Tidakkah almarhum mengucapkan wasiat sebelum wafat? Tanya beliau kepada Istri almarhum. Sambil mengingat-ingat apa yang dikatakan oleh suaminya sebelum ajal. Karena ucapannya terpotong-potong, kurang lengkap dan kurang jelas, maka ia mengungkapkan dengan terus terang kepada Raul.
“Saya mendengarkan ucapannya, namun saya tak mengerti apa yang dimaksudnya, karena ucapannya sulit dipahami karena terkesan terpotong-potong..”
“Bagaimana bunyinya,.” desak Rasul karena sungguh ingin mengetahui, dan berharap bisa menterjemahkannya. Istri yang sangat setia pada suaminya itu menjawab, “Andaikan lebih panjang lagi, andaikata yang masih baru, andaikata semuanya.. Sepertinya hanya itu yang bisa ditangkap dari ucapan suami saya, dan itu yang membuat saya bingung..”
Rasullah yang dikaruniai kecerdasan itu pun tersenyum, karena langsung paham apa yang dimaksud sebenarnya dari ucapan sahabat tadi. “Sungguh apa yang diucapkan suamimu itu tidaklah keliru..”. Lalu beliau mencoba merangkai cerita yang dialami oleh sahabatnya tadi.
“Suatu hari, Ia sedang bergegas ke masjid untuk menjalankan shalat jum’at. Ditengah perjalanan ia bertemu dengn orang buta yang tersaruk-saruk jalannya, Karena tidak ada orang yang menuntunnya. Nah suamimu dengan ikhlas menuntun si buta tadi menuju ke masjid. Nah tatkala akan menghembuskan nafas penghabisan, ia menyaksikan pahala amal shalihnya itu. Maka ia pun berkata, ‘Andaikan lebih panjang lagi..’ maksudnya bila jalan menuju masjid itu lebih panjang lagi,maka pahalanya akan jauh lebih besar” Kata Rasulullah menjawab kalimat pertama yang diucap sahabat sebelum meninggal tadi.
“Berikutnya, pada ucapan kedua itu dikatakan saat melihat hasil dari perbuatan baiknya yang lain. Saat ia akan pergi kemasjid, sedangkan cuacanya sangat dingin, suamimu melihat ditepi jalan ada lelaki tua yang duduk sambil menggigil. Kebetulan suamimu membawa mantel yang baru, selain mantel yang dipakainya. Maka ia berinisiatif mencopot mantel lamanya dan diberikan pada lelaki yang duduk dijalan tadi, sedang mantel barunya segera dikenakan. Dan menjelang ajal, suami melihat balasan amal perbuatannya itu, maka ia pun berkata, ‘Andaikata yang kuberikan tadi mantel yang baru, pasti balasan pahalanya akan jauh lebih banyak”
“Dan yang terakhir, ucapannya kedua mengenai kalimat ‘andaikata semuanya..’ Ingatkah kau saat suamimu dalam keadaan sangat kelaparan, dan meminta disediakan makanan? Engkau menyediakan sepotong roti yang dicampur dengan daging. Namun saat hendak memakannya, tiba-tiba ada seorang musyafir yang mengetuk pintu dalam keadaan lapar dan meminta makanan. Suamimu lalu membagi dua roti tersebut. Sepotong untuk musyafir dan sepotong lagi, tentu untukknya. Saat menjelang ajal, ia menyaksikan betapa besar pahala dari amalannya tadi, kemudian ia menyesal dan berkata, ‘Andaikata semuanya..’ maksudnya kalau tahu begini hasilnya, musyafir itu tak hanya ia beri separuh, namun semuanya, sudah pasti ganjaran akan berlipat ganda..” kata Rasulullah.
Menuntun, memberikan pakaian penghangat juga memberikan sepotong roti, adalah sesuatu pekerjaan yang sebenarnya tidaklah terlalu berat dikerjakan. Namun bila ikhlas, Subhanallah balasan pahala akan menantinya. Memberikan sesuatu yang sederhana kadang kita sendiripun terlupa. Banyak memikirkan hal-hal yang besar, tanpa mau berbagi atau berbuat baik kepada sesama, meski hanya sedikit. Sahabat Rasul itu telah membuktikan, sebelum nafas hilang dari raga, Allah akan perlihatkan pekerjaan kita yang mungkin jadi amal atau malah dosa. Ia pun merasa menyesal memberi kebaikan secara setengah-setengah saat Allah membalasnya dengan lipat ganda .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar