Kejujuran Di Balik Kembalian Empat Ratus Rupiah
10 Maret 2015 | Dibaca : 583 Kali | Rubrik : Ragam
Sahabat Ummi, sering menyepelekan kembalian receh yang tidak dibalikin oleh kasir? Coba simak kisah berikut...
“Iya, kebiasaan deh nih, kasir tokonya”, Kata Desi.
“Aku juga pernah gitu tau Des, kembalian berapa gitu, lupa” Sahut Vika tak kalah geramnya.
“Apaan sih?”, Tanya saya penasaran yang baru keluar dari mini market ke kerumunan teman-teman makan siang saya pada hari itu.
Sudah menjadi kebiasaan teman-teman, usai makan siang di kantin sebuah kantor yang tak jauh dari kantor kami, membeli penganan ringan untuk dimakan pada saat injury time, atau sekitar waktu Ashar. Kebetulan, kantin tersebut dekat dengan sebuah mini market. Di antara kami, sayalah yang paling jarang jajan, cemilan, karena pada jam segitu perut saya belum protes. Saya lebih sering jajan camilan saat pulang kantor, sambil dinikmati di perjalanan pulang bersama suami.
“Ini Han, perhatiin deh, kalo kembalian dari kasir mini market itu suka ga dibalikin”, Kata Desi.
“Oh ya?”, Tanyaku penasaran.
“Sering tau Han. Semuanya udah ngalamin. Aku, Vika, Citra. Semuanya pernah kena”, Sambung Desi.
“Oh gitu ya, aku jarang ngeh kembalian kali ya, buru-buru gitu, suka ga ngecek”, Sahutku.
“Kembaliannya banyak? Rugi dong ya kita”, Sahutku.
“Ngga sih, ya recehan, Cuma empat ratus, dua ratus, ya tapi nyebelin aja”, Jawab Desi.
“Nih, misalkan gini, harga belanja kita empat belas ribu empat ratus, terus kita kasih sepuluh ribuan sama lima ribuan, berarti kembali empat ratus dong.” Desi mulai bercerita.
“Iya, terus?”.
“Nah, kadang kasirnya ga ada kembalian apa-apa, udah diem aja. Padahal aku inget banget jumlah belanjaku ga segitu, ga pas. Ga ngasih struk juga.
“ Barusan juga gitu. Aku belanja tujuh belas ribu enam ratus. Pake uang dua puluh ribuan, terus yang dia kembaliin cuma dua ribu. Aku minta aja struk nya. Aku tanya, Mba, ini kan kembalinya seharusnya dua ribu empat ratus, kok Cuma dua ribu?.”
“Mbaknya jawab apa Des kamu tanya gitu?”
“Dia bilang, maaf Bu, ga ada kembaliannya. Yee… emosi banget rasanya. Akhirnya aku minta aja uang dua puluh ribuannya. Terus aku kasih pas banget, aku kasih satu-satu sambil taro ke mejanya. Sepuluh ribu, lima ribu, dua ribu, lima ratusan, sama seratusan. Bener-bener aku detailin. Sebel.”
“Ha..ha.. “ Tawaku pecah membayangkan si kasir yang mungkin terbelalak melihat uang kecil yang dibayarkan.
“Iya, ngeselin si Han.” Sahut Vika.
“Sebenernya masalahnya bukan karena gopek atau empat ratus atau berapa, Cuma dia tuh langsung maen ga ngembaliin gitu. Ga pake izin. Aturan bilang uangnya ga ada kembalian kek, atau nanya sama kita mau, ga kalo uang kembaliannya ga dikembaliin. Kan sebel.”. Desi melanjutkan ceritanya dengan menggebu-gebu.
“Ya kalo gitu laporin aja ke manajernya, staf kasir yang ini, bisa tau namanya kan, sudah melakukan tindakan ga jujur.” Sahutku merespon cerita Desi.
“Ga Cuma seorang tau han, kemaren juga aku belanja digituin, sama mba yang lain.” Seru Citra.
“Itu jadi SOP nya dia kali tuh, ga ngembaliin duit pembeli.”. Sahut Vika kesal.
“Ha..ha.. jadi laba bersih ga dari marjin jual barang yah, tapi dari lebihan kembalian. Bisa kaya banget tuh mini market.” Sahutku.
“Emang kamu ga pernah gitu?” Tanya Desi.
“Hm… jarang perhatiin sih, soalnya suka buru-buru. Udah gitu aku juga ga suka ingetin harga label yang ada di rak.” Jawabku.
“Besok lagi perhatiin deh Han.” Sambung Desi.
“Iya sih ya, kalo ga diperhatiin jadi kebiasaan ya Des.”
“Iya. Ngeselin.”
Dan siang itu pun saya pun tersadar, jangan-jangan sikap cuek saya terhadap uang kembalian mini market adalah bentuk saya mengindahkan ayat Al Quran yang artinya dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran/permusuhan.
Mungkin kelihatannya sepele, hanya empat ratus rupiah, yang jikalau dibelikan barang, sepertinya sangat langka juga barang dengan harga tersebut di masa kini. Namun inti persoalannya bukan di situ. Inti persoalannya adalah bagaimana akhlak seorang kasir yang seharusnya professional, jujur, tetapi malah melakukan hal sebaliknya.
Dengan mudah menyembunyikan jumlah transaksi yang sebenarnya, dan berharap si pembeli tidak menghiraukannya. Jika ini terjadi terus menerus, maka tentu saja kita ‘menolong’ kasir tersebut dalam berbuat dosa. Na’udzubillahi min Dzaalik.
Dan jika saya fikir lagi, efek lainnya ternyata dahsyat juga. Coba fikirkan, di laporan keuangan perusahaan, jika menjual sejumlah barang, maka sudah bisa dihitung akan mendapatkan omset sekian, dan laba bersih sekian. Namun bagaimana jika ternyata laporannya tidak sesuai? Biasanya jika laba bersihnya lebih dari ekspektasi, manajemen tidak akan terlalu mempertanyakan, dibandingkan jika laba bersih kurang dari ekspektasi. Tap tetap saja, kesalahan ini akan membawa kerugian bagi perusahaan sendiri, Karena perhitungannya berasal dari transaksi yang salah. Dan ini akan berdampak untuk perusahaan tersebut apabila akan membuat perencanaan keuangan untuk ke depannya.
Jadi, melalui tulisan ini, saya mulai mengubah diri saya, yang tadinya kurang menghiraukan arti kembalian empat ratus rupiah atau berapapun, saat ini harus lebih teliti. Bukan karena perhitungan atau pelit, tapi tentu untuk kebaikan semua pihak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar