Sabtu, 21 Maret 2015

Para Wanita Mengapa Penting Menyembunyikan Amalan Kita?

Para Wanita, Mengapa Penting Menyembunyikan Amalan Kita?

20 Maret 2015 | Dibaca : 578 Kali | Rubrik : Ragam


Sample Image
Zaman sekarang, susah mencari orang yang benar-benar tulus untuk beramal. Banyak diantara kaum selebritis atau pejabat yang menampakkan amalnya dimedia saat akan menyumbang sesuatu , ditambah menyebutkan jumlahnya sekalian. Seolah, seluruh dunia wajib mengetahui amalannya, tentu ingin mendapatkan pujian dan terkenal sebagai orang yang suka berderma.
Padahal sahabat Ummi, jika hal itu dilakukan dengan sengaja tentu akan mengurangi nilai ibadah, amalannya, bahkan mendapkan dosa karena bersifat riya. Mari kita berkaca dengan kisah inspiratif yang berikut ini agar mengetahui apa sebenarnya yang dimaksud dengan amalan tersembunyi?
Amru bin Tsabit berkisah, pada suatu waktu ia sedang memandikan jenazah Ali bin Husain, cucu Ali bin Abi Thalib. Tiba-tiba pandangannya tertuju pada punggung Ali yang kehitam-hitaman. Diantara yang memandikan jenazah saling bertanya-tanya, ada apa dengan punggungnya. Namun ada seseorang yang menyimpulkan bahwa dulu Ali bin Husain sering memanggul berkarung-karung gandum pada malam hari untuk dibagi-bagikan kepada fakir miskin di kota Madinah. Karenanya penduduk kota Madinah berkata,”sepeninggalan Ali bin Husain tak pernah lagi terdengar Shadaqah sir (sedekah yang dilakukan secara sembunyi-senbunyi).
Sebenarnya Ali bisa saja menyuruh orang lain untuk memanggul karung itu dan dibagi-bagikan pada fakir miskin, namun ia tak lakukan itu. Ia lebih memilih memanggul sendiri karungnya, bukan di siang hari dimana orang-orang masih terjaga. Ia memilihnya pada malam hari yang gelap gulita, agar kebaikannya tak diketahui oleh banyak orang.
Untuk menjaga keikhlasan terkadang harus menempuh cara yang diluar kebiasaan terkadang sedikit merepotkan. Terkesan tidak umum, namun dimata Allah justru yang lebih disukai karena lebih terjaga niat dan rasa keikhlasan. Makanya ada istilah dalam agama untuk memberi dengan tangan kanan, seolah-olah tangan kiri tak mengetahuinya. Abu Bakar pun memilih bersedekah menjelang subuh. Hal ini juga dimaksud agar kebaikannya tersembunyi.
Keikhlasan memang harus diupayakan dari awal sampai akhir, memperjuangkan memberi tanpa ujub bukan hal yang mudah. Karena perusak keikhlasan sekecil apapun memang harus diusir-usir jauh-jauh. Ada sebuah riwayat, yang merupakan contoh buat seseorang untuk sembunyikan jasa walau ditengah keramaian.
Abdullah bin Mubarak, yang mampu membuktikan itu, saat ada peperangan antara muslim dan kafir. Saat pertempuran akan dimulai, orang kafir meminta satu lawan satu terlebih dahulu. Pihak muslim menyetujui. Namun atas kehendak Allah satu persatu prajurit muslim kalah, dan gugur. Dengan sombongnya pasukan kafir berteriak menantang siapa lagi yang berani maju, satu lawan satu.
Tiba-tiba Abdullah bin Mubarak merangsak maju dan dibabatnya orang kafir yang sombong tadi sekaligus beberapa orang lagi, sebagai balasan telah membunuh pasukan muslim tadi. Setelah itu Abdullah berlalu tanpa berucap sedikitpun, atau merayakan kesuksesannya menumpas kesombongan pasukan kafir. Ia khawatir ucapannya malah membuat ujub atau sombong dan merusak rasa ikhlasnya dalam berjihad.
Ikhlas itu sesuatu yang tak diucap, apalagi diberitahukan kepada orang lain. Karena bisa jadi itu indikasi bentuk ketidak ikhlasan. Dari keikhlasan itu sendiri butuh ikhlas. Sesuatu yang berlapis, dan memang agak sulit untuk diurai. Salah satu bentuk ketidak ikhlasan apabila kita memberikan sesuatu yang bersifat duniawi hanya ingin dipuji saja, mendapat jabatan atau dengan tujuan untuk mendapatkan sesuatu keuntungan yang lebih.
Abu Musa Asy’ari pernah meceritakan, seorang lelaki datang kepada Rasul dan bertanya,”Bertempur karena harta rampasan, bertempur karena ingin terkenal, dan yang lain bertempur supaya dilihat posisinya, siapa yang diantara mereka berada dijalan Allah? Siapa yang berperang untuk menengakkan kalimat La illaha illallah maka ia ada dijalan Allah, jawab Rasul”.
Dan Qatadah pun berkata, siapa orang yang beramal niatnya adalah dunia, maka Allah akan membalas di dunia karena kebaikannya, namun di akhirat tak ada ganjarannya, namun bila ia beramal karena Allah, maka ganjarannya kebaikan dunia dan Akhirat”.
Untuk itu, kita tetap harus belajar, ikhlas untuk ikhlas. Berderma bukan untuk dipuji atau mendapat suatu keuntungan, atau disebut sebagai dermawan. Luruskan niat, bersihkan hati dan diri, agar surga nan indah menanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar